
Sudah 4 tahun lalu Pluto terhapus dari daptar planet di tata-surya kita.
Alasannya adalah redefinisi kriteria planet oleh International
Astronomical Union (IAU) pada tahun 2006, setelah pertemuan sekitar 2000
astronom dunia di Prag. IAU memandang perlu untuk membuat definisi dari
“planet” yang sebelumnya masih belum jelas (baca vague). Konsekuensinya
Pluto turun peringkat menjadi planet-kerdil (dwarf planet).

Ada tiga kriteria utama dari sebuah planet; planet harus memiliki orbit
mengitari matahari, harus memiliki massa yang cukup besar sehingga
memiliki bentuk (kurang lebih) bulat seperti bola, dan harus mampu
menyapu objek-objek yang berada di lintasan orbitnya. Kriteria yang di
klaim menjatuhkan Pluto dari definisi planet adalah yang terakhir,
setelah beberapa objek ditemukan di sekitar lintasannya. Lintasan Pluto
sesungguhnya berada pada sebuah sabuk atau ring matahari yang diberi
nama Sabuk Kuiper (Kuiper Belt). Sabuk ini dihuni oleh banyak sekali
objek-objek langit, dan Pluto mewakili objek terbesar penghuni sabuk ini

Sebenarnya dua kriteria yang lain pun memberatkan sebagai kandidat
planet. Dari segi lintasannya, Pluto memiliki orbit yang sangat
eksentrik. Jarak terdekat dan terjauh ke matahari adalah 4.4 Milyar km,
7.4 Milyar km. Pada satu saat Pluto memiliki jarak lebih dekat ke
matahari dibanding Neptunus. Lintasan elips ini membentuk bidang dengan
kemiringan 17° dari bidang ekliptik, yaitu bidang yang dibentuk oleh
lintasan bumi terhadap matahari. Kemiringan ini sangat ekstrim jika
dibanding dengan planet lain. Kemiringan bidang lintasan planet terhadap
ekliptik yang terbesar dimiliki oleh Merkurius, yaitu 7°.
Walaupun dari segi bentuk tidak ada masalah, dari segi ukuran Pluto bisa
dikatakan terlalu kecil. Massa Pluto adalah sepertujuh dari massa bulan
kita, dengan diameter 2300 km, dua per tiga dari diameter bulan (3476
km). Dibanding dengan objek lain yang dianggap satelitnya, yakni Charon,
diameternya hanya kurang lebih dua kali lebih besar. Charon juga
sebenarnya terlalu besar untuk dijadikan “bulan” untuk Pluto.
Perbandingan ukuran yang tidak jauh ini mengakibatkan Charon tidak
mengitari Pluto pada porosnya. Kedua objek ini sama-sama bergerak
mengitari, sehingga Pluto dengan Charon bagaikan putaran dumble yang
berat ujung-ujungnya sedikit berbeda. Beberapa astronom kemudian
mengkatagorikan sebagai planet-kerdil ganda (dwarf double planet).
Bagi masyarakat Amerika Serikat, keputusan IAU ini sangat tidak
mengenakkan. Pluto adalah satu-satunya “planet” yang ditemukan oleh
orang Amerika. Akibatnya, banyak protes dan demonstrasi menentang IAU.
Kasus diskualifikasi Pluto memiliki muatan emosional yang sangat kuat,
sehingga ada pernyataan bahwa “Pluto akan tetap menjadi planet selamanya
di langit New Mexico!”.
Saya tidak tahu secara pasti apakah dalam buku-buku pelajaran di
Indonesia Pluto masih planet atau bukan, akan tetapi ini adalah satu
dari fungsi koreksi diri dari ilmu pengetahuan, yang juga pernah terjadi
sebelumnya. Sekitar abad 18, Ceres, sebuah objek yang memiliki lintasan
diantara Mars dan Jupiter, dianggap Planet yang kedelapan. Akan tetapi,
setelah ditemukan objek-objek lain disekitarnya, Ceres pun
didiskualifikasi dari jajaran planet. Mendebat diskualifikasi IAU
terhadap Pluto, beresiko untuk memasukkan Ceres kembali dalam daptar
planet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar